Setelah di usir oleh ayahnya, Raden Said tinggal di hutan Jatiwangi, lagi-lagi beliau melakukan askisnya untuk menolong rakyat jelata. Namun, saat itu itu beliau tidak menggunakan nama aslinya, melainkan menggunakan nama Brandal Lokajaya selama tinggal di hutan Jatiwangi tersebut.

Dan suatu ketika lewatlah seseorang yang berpakain serba putih dengan membawa tongkat yang gagangnya seperti emas yang berkilauan. Raden Said merebut tongkat dari orang berbaju putih tersebut secara paksa hingga menyebabkan orang yang berbaju serba putih tersebut tersungkur jatuh. Sambil mengelaurkan air mata orang tersebut bangun.

Ketika tongkat telah berada di tangannya, Raden Said mengamatinya, ternyata tongkat tersebut tidak terbuat dari emas. Karena heran melihat orang yang berbaju serba putih tersebut menangis, Raden Said pun mengembalkan tongkatnya. Dan kemudian orang tersebut berkata “Bukan tongkat itu yang aku tangisi” sambil menunjukkan rumput di telapak tangannya.

Sambil menunjukkan rumput di telapak tangannya orang tersebut berkata “Perhatikanlah aku sudah berbuat dosa, melakukan perbuatan sia-sia, karena rumput itu tercabut karena saat aku jatuh tadi”. Kemudian Raden Said menimpali “Cuma beberapa helai rumput saja kamu merasa berdosa?” tanya Raden Said dengan heran.

Orang tersebut kembali menjawab “Ya, memang berdosa ! karena kamu mencabutnya tanpa sebuah kebutuhan, apabila untuk makanan ternak tidak apa, namun jika untuk sebuah kesia-siaan sungguh sebuah dosa!” Setelah mengetahui perbuatan Raden Said, orang tersebut mengatakan sebuah perumpaan terhadap perbuatan Raden Said tersebut.

Bahwa apa yang dilakukan oleh Raden Said itu ibarat mencuci pakaian yang kotor dengan menggunakan air kencing yang hanya akan menambah kotor dan bau pakaian tersebut. Raden said pun termenung dengan pernyataan tersebut. Raden Said pun di buat takjub dengan keajaiban yang di tunjukkan mengubah pohon aren menjadi emas.

Karena penasaran beliau memanjatnya, namun ketiak hendak mengambil buahnya, tiba-tiba pohon tersebut rontok dan mengenai kepalanya, hingga akhirnya belaiu terjatuh dan pingsan. Setelah Raden Said tersadar bahwa orang tersebut bukanlah merupakan orang biasa. Sehingga timbul rasa ingin belajar kepadanya.

Akhirnya di kejarlah orang yang berbaju putih tersebut, setelah berhasil di kejarnya belaiu menyampaikan keinginannya untuk berguru kepadanya. Kemudian Raden Said di beri sebuah syarat yaitu Raden Said di perintahkan untuk menjaga tongkat dan tidak boleh beranjak sebelum orang itu kembali.

Setelah tiga tahun kemudian datanglah orang berbaju putih tersebut menemui Raden Said yang ternyata masih menjaga tongkat yang di tancapkan di pinggir kali (sungai). Orang berbaju putih tersebut merupakan sunan Bonang, dan kemudian Raden said di ajaknya ke Tuban untuk di beri pelajaran agama.

Oleh karena itu nama Kalijaga beliau dapat dari kata kata kali yang artinya sungai dan Jaga yang artinya menjaga. Meski sebelumnya Raden Said pernah mencuri untuk menolong orang, perbuatan tersebut terlihat mulia, namun tetap merupakan jalan yang salah


Wallahu A'lam Bisshawab